Angka Reproduksi Pemuda Indonesia Tahun 2017
Isu
kesehatan reproduksi dan seksual kaum muda menjadi penting bagi pembangunan nasional
mengingat besarnya populasi pemuda dan dampak jangka panjang yang dapat
ditimbulkan. Lantas berapa angka reproduksi pemuda Indonesia tahun 2017?
Usia
subur seorang wanita berada di antara usia 15-49 tahun. Rentang usia tersebut
juga beririsan dengan kelompok umur pemuda, yang artinya pemuda perempuan
tengah memasuki masa suburnya. Masa subur memiliki peran penting terhadap
terjadinya kehamilan (fertilitas) sehingga peluang untuk melahirkan menjadi cukup
tinggi.
Pemuda
saat ini masih rentan terhadap masalah kesehatan reproduksi dan seksual,
seperti perkawinan dini, pengetahuan kesehatan reproduksi dan seksual yang rendah,
kehamilan di usia muda, dan sebagainya. Untuk itu peran pemuda sangat dibutuhkan
sebagai garda terdepan guna mengatur jumlah kelahiran.
Usia Kehamilan Pertama Pemuda
Wanita
yang menikah pada usia muda lebih lama menghadapi resiko kehamilan. Oleh karena
itu pada umumnya ibu yang melahirkan pada usia muda mempunyai anak banyak dan
resiko kesehatan yang tinggi. Kehamilan usia muda juga dapat memberikan risiko
pada bayi antara lain berat badan lahir rendah (BBLR).
American
Society for Reproductive Medicine (ASRM) menyatakan bahwa momen terbaik bagi
perempuan untuk memiliki anak adalah ketika berusia 20 hingga 29 tahun. Berdasarkan
hasil Susenas tahun 2017, persentase pemuda perempuan yang hamil pertama kali
pada usia di bawah 20 tahun masih cukup tinggi yaitu sebesar 30,25 persen.
Apabila
dilihat dari sudut pandang tempat tinggal, pemuda perempuan yang tinggal di
perdesaan cenderung untuk hamil di umur yang lebih muda dibanding mereka yang
tinggal di perkotaan.
Demikian
juga menurut tingkat ekonomi rumah tangga. Pemuda perempuan yang hamil pertama
di usia muda, lebih banyak berada pada rumah tangga dengan status ekonomi terbawah.
![]() |
Persentase Pemuda Perempuan yang Pernah Hamil Menurut Kelompok Umur Pada Saat Hamil yang Pertama, 2017
Selain
tempat tinggal dan tingkat ekonomi, hal lain yang juga turut mempengaruhi usia
hamil pertama yaitu pendidikan. Pendidikan merupakan aspek terpenting untuk
mencegah sekaligus menghentikan kenaikan
angka kematian ibu melahirkan akibat dari kehamilan di usia
muda.
Semakin
rendah tingkat pendidikan, kehamilan di usia muda juga semakin tinggi. Selanjutnya dengan
meningkatnya tingkat pendidikan, persentase perempuan yang hamil
pada usia yang lebih dewasa juga meningkat.
Ditinjau
dari tingkat pendidikan, pemuda perempuan yang hamil pertama pada
usia 22-30 tahun sebesar 29,44 persen diantaranya tidak/belum pernah sekolah.
Angka tersebut semakin meningkat hingga mencapai 86,77 persen pada pemuda
perempuan yang berpendidikan perguruan tinggi.
![]() |
Persentase Pemuda Perempuan yang Pernah Hamil Menurut Pendidikan yang Ditamatkan dan Umur Pada Saat Hamil yang Pertama, 2017
Persalinan Pemuda
Persalinan
merupakan salah satu peristiwa penting dan senantiasa diingat dalam kehidupan
wanita. Setiap wanita memiliki pengalaman melahirkan tersendiri yang dapat diceritakan
ke orang lain.
Idealnya,
setiap wanita yang bersalin dan tim yang mendukung serta memfasilitasi usahanya
untuk melahirkan bekerja sama dalam suatu lingkungan yang paling nyaman dan
aman bagi ibu yang melahirkan.
Tempat
bersalin termasuk salah satu faktor yang dapat memengaruhi psikologis ibu
bersalin. Pemilihan tempat bersalin dan penolong persalinan yang tidak tepat
akan berdampak secara langsung pada kesehatan ibu.
Pertolongan
persalinan harus memenuhi kaidah 4 pilar safe motherhood, yang salah satunya
adalah persalinan bersih dan aman serta ditolong oleh tenaga kesehatan yang terampil.
Hasil
Susenas 2017 menunjukkan bahwa sebagian besar (92,88 persen) pemuda perempuan
melakukan persalinan terakhir dengan ditolong oleh tenaga kesehatan.
Bila
dilihat berdasarkan tipe daerah, persentase pemuda perempuan di perkotaan yang
melahirkan dengan ditolong oleh tenaga kesehatan (96,51 persen) lebih besar
dibandingkan perdesaan (89,19 persen).
Lebih
tingginya pemuda perkotaan yang melahirkan dengan ditolong tenaga kesehatan dibanding
perdesaan disinyalir karena ketersediaan tenaga kesehatan di perkotaan yang
lebih banyak dibandingkan di perdesaan.
![]() |
Persentase Pemuda Perempuan yang Melahirkan Menurut Penolong Persalinan, 2017
|
Tempat
yang paling ideal untuk persalinan adalah fasilitas kesehatan dengan
perlengkapan dan tenaga yang siap menolong jika sewaktu-waktu terjadi
komplikasi persalinan. Pada tahun 2017, pemuda perempuan yang melakukan persalinan
di fasilitas kesehatan persentasenya cukup tinggi mencapai 80,44 persen.
Terdapat
disparitas yang cukup besar antara pemuda perempuan yang tinggal di perkotaan
dan perdesaan dalam hal pemilihan tempat untuk melahirkan. Pemuda perempuan di perkotaan
yang melahirkan di fasilitas kesehatan persentasenya sebesar 90,25 persen.
Sementara itu, pemuda perempuan di perdesaan yang bersalin di fasilitas
kesehatan hanya sebesar 70,47 persen .
![]() |
Persentase Pemuda Perempuan yang Melahirkan Menurut Penolong Persalinan, 2017
|
Ada keterkaitan
antara pemilihan tempat
untuk melahirkan dengan status ekonomi rumah tangga. Seperti yang terlihat
pada Gambar 7.2, semakin tinggi kelompok pengeluaran rumah tangga pemuda, maka
semakin besar persentase pemuda perempuan yang melahirkan di fasilitas
kesehatan.
Partisipasi Pemuda dalam Program
Keluarga Berencana
Program
Keluarga Berencana (KB) bertujuan untuk membangun manusia Indonesia sebagai
obyek sekaligus subyek pembangunan melalui peningkatan kesejahteraan ibu, anak,
dan keluarga.
Tujuan
umum program KB adalah membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial
ekonomi dengan cara pengaturan kelahiran anak agar diperoleh suatu keluarga bahagia
dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.
Pelaksanaan
program Keluarga Berencana (KB) juga diarahkan untuk menurunkan tingkat
kelahiran atas dasar kesadaran dan tanggung jawab seluruh masyarakat dengan
cara memilih metode kontrasepsi secara sukarela. Dengan demikian program KB
merupakan cermin upaya menurunkan tingkat kelahiran, sekaligus membangun
keluarga sejahtera (Bappenas, 1996).
![]() |
Persentase Pemuda Perempuan yang Pernah Kawin Menurut Partisipasi dalam Program Keluarga Berencana, 2017
|
Struktur
umur pemuda yang merupakan usia produktif merupakan sasaran/target program
Keluarga Berencana (KB). Partisipasi pemuda dalam kegiatan KB merupakan faktor
yang menentukan dalam keberhasilan program tersebut.
Pada
tahun 2017, sebanyak 55,76 persen pemuda perempuan pernah kawin sedang
mengikuti program KB, sebesar 10,30 persen pernah ikut KB tetapi sekarang tidak
lagi, dan sebesar 33,94 persen sama sekali tidak pernah mengikuti program KB.
Apabila
dilihat berdasarkan daerah tempat tinggal, secara umum partisipasi pemuda
perempuan di perdesaan dalam program KB lebih besar dibanding di perkotaan.
Pemuda
perempuan pada kelompok pengeluaran 20 persen teratas yang tidak pernah
berpartisipasi dalam program KB memiliki persentase terbesar dibanding mereka
yang berasal dari kelompok pengeluaran 40 persen menengah dan 40 persen terbawah.
Fenomena
ini ada kemungkinan adanya pengaruh dari semakin membaiknya ekonomi maka orang
akan cenderung menambah jumlah anak, dengan alasan merasa mampu untuk membiayainya.
Ada
berbagai macam jenis alat/cara yang dapat digunakan oleh pemuda perempuan dalam
ber-KB. Jenis alat/cara ber-KB yang banyak digunakan oleh pemuda perempuan
pernah kawin adalah suntikan (67,36 persen) dan pil (16,85 persen). Jenis alat/cara
KB lainnya yang juga banyak digunakan selain suntik dan pil adalah Susuk
KB/Implan (6,59 persen) dan IUD/AKDR/ Spiral (6,02 persen).
![]() |
Persentase Pemuda Perempuan yang Pernah Kawin Menurut Jenis Alat KB yang Digunakan, 2017 |
Tidak bersedianya
seseorang menggunakan alat kontrasepsi disebabkan oleh beberapa
alasan. Lebih dari separuh (53,96 persen) pemuda perempuan pernah kawin tidak
menggunakan alat/cara KB karena alasan lainnya, antara lain karena sedang
hamil, baru melahirkan, menyusui, dan lainnya.
Sementara
itu, 26,85 persen pemuda perempuan tidak menggunakan alat KB karena alas an fertilitas.
Meskipun relatif kecil, masih terdapat pemuda perempuan pernah
kawin yang tidak
ber-KB karena ketidaktahuan
mereka terhadap penggunaan alat/cara KB (0,34 persen). Pola
yang sama terlihat baik di perkotaan maupun perdesaan. Alasan lainnya merupakan
alasan dengan persentase terbesar.
![]() |
Persentase Pemuda Perempuan yang Pernah Kawin Menurut Partisipasi dalam Program Keluarga Berencana, 2017 |
Kebutuhan
keluarga berencana yang belum terpenuhi (unmet need) didefinisikan sebagai
kesenjangan antara niat wanita usia reproduksi
dengan perilaku penggunaan kontrasepsi.
BPS
memberikan batasan bahwa unmet need merupakan persentase wanita kawin yang
tidak ingin mempunyai anak lagi atau ingin menjarangkan kelahiran anak berikutnya,
akan tetapi tidak memakai alat atau cara kontrasepsi.
Unmet
need terbagi menjadi dua yaitu unmet need untuk pembatasan dan penjarangan. Unmet
need untuk pembatasan terjadi ketika perempuan tidak ingin memiliki anak lagi
namun tidak menggunakan alat kontrasepsi.
Sementara
itu, unmet need untuk penjarangan terjadi ketika perempuan ingin memberi jarak
antar kehamilan hingga 24 bulan namun tidak menggunakan alat kontrasepsi untuk
mencegah kehamilan.
Dari
total pemuda perempuan yang tidak menggunakan alat KB, sebesar 46,95 persen
diantaranya merupakan unmet need (Tabel 7.4). Unmet need pemuda perempuan
secara umum lebih banyak yang bertujuan untuk menjarangkan kelahiran.
Sebesar
28,25 persen pemuda perempuan unmet need untuk menjarangkan kelahiran dan
sebesar 18,43 persen bertujuan untuk membatasi kelahiran.
![]() |
Persentase Pemuda Perempuan yang Pernah Kawin Menurut Prevalensi Unmeet Need KB, 2017
|
Tidak
ada perbedaan yang nyata antara persentase pemuda perempuan di perkotaan dan
perdesaan yang unmet need dengan tujuan untuk menjarangkan kelahiran. Perbedaan
terlihat pada unmet need dengan tujuan membatasi kelahiran, yang mana
persentase pemuda perempuan di perkotaan lebih besar dibanding perdesaan (20,28
persen dibanding 16,42 persen).
Demikianlah
angka reproduksi pemuda Indonesia tahun 2017.(*)
Sumber: BPS Indonesia
Posting Komentar untuk "Angka Reproduksi Pemuda Indonesia Tahun 2017"