Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Lapangan Usaha dan Jenis Pekerjaan Pemuda Indonesia


Apa saja lapangan usaha dan jenis pekerjaan pemuda Indonesia tahun 2017? Berikut sajian-sajian data publikasi BPS Indonesia mengenai produktivitas dan kerja kepemudaan.

Komposisi pemuda yang bekerja menurut lapangan usaha merupakan salah satu indikator untuk melihat potensi beberapa sektor perekonomian dalam menyerap tenaga kerja pemuda. Selain itu, indikator ini juga digunakan untuk melihat gambaran secara makro struktur perekonomian suatu wilayah serta perkembangannya.

Lapangan usaha atau bidang pekerjaan adalah sektor kegiatan dari tempat bekerja/berusaha pemuda yang bekerja. Lapangan usaha dapat dikelompokkan menjadi beberapa sektor, yang paling umum digunakan dalam analisis ketenagakerjaan adalah lapangan usaha sembilan sektor.

Lapangan usaha yang berkontribusi paling besar bagi ketenagakerjaan pemuda adalah sektor perdagangan, restoran, dan akomodasi yang mampu menyerap seperempat tenaga kerja pemuda (25,57 persen). Lapangan pekerjaan ini juga yang paling banyak menyerap pemuda bekerja di perkotaan yaitu sekitar 32,15 persen.

Selain itu, sektor pertanian, perkebunan, dan perikanan juga banyak menyerap tenaga kerja pemuda (20,79 persen). Pemuda di perdesaan paling banyak bekerja di sektor pertanian, perkebunan, dan perikanan yaitu sekitar 41,26 persen.

BACA JUGA: Peran Pemuda Menyongsong Indonesia Emas 2045

Perbedaan tersebut mempertegas perbedaan struktur ekonomi dan ketersediaan lapangan pekerjaan antara perkotaan dengan perdesaan. Menurut jenis kelamin, sektor perdagangan, restoran, dan akomodasi adalah yang paling banyak digeluti oleh pemuda perempuan (33,33 persen), sedangkan pemuda laki-laki paling banyak bekerja di sektor pertanian, perkebunan, dan perikanan (24,22 persen).

Persentase Pemuda Bekerja menurut Lapangan Usaha Utama (sembilan sektor), 2017.
Selain melalui klasifikasi sembilan sektor, struktur lapangan usaha juga dapat diklasifikasikan menjadi tiga sektor, yaitu pertanian, manufaktur dan jasa-jasa. Sektor pertanian, perkebunan dan perikanan dapat dikategorikan sebagai lapangan  usaha  pertanian,  sedangkan  lapangan  usaha manufaktur terdiri atas sektor pertambangan, industri, listrik, dan konstruksi.

Adapun lapangan usaha jasa-jasa terdiri atas sektor perdagangan, transportasi, lembaga keuangan, dan jasa kemasyarakatan. Pembagian klasifikasi lapangan usaha menjadi tiga sektor berguna untuk melihat struktur ekonomi yang berasal dari sumber daya alami (pertanian), proses produksi (manufaktur), dan sumber daya manusia (jasa-jasa).

Data  memperlihatkan struktur lapangan usaha utama pemuda yang bekerja dalam tiga sektor. Terlihat perbedaan lapangan usaha yang nyata antara pekerja pemuda yang tinggal di daerah perkotaan dan perdesaan.

Di perkotaan didominasi oleh pekerja pemuda di sektor jasa (66,36 persen), sedangkan di perdesaan umumnya bekerja di sektor pertanian (41,26 persen). Berdasarkan jenis kelamin, baik pemuda laki-laki maupun pemuda perempuan paling banyak bekerja di sektor jasa (45,98 persen dan 64,29 persen).

Persentase Pemuda Bekerja menurut Lapangan Usaha Utama (tiga sektor), 2017.
Begitu juga jika dilihat dari kelompok umur, sektor jasa masih mendominasi pemuda pekerja yaitu 45,13 persen untuk kelompok umur 16-18 tahun, 53,20 persen pemuda 19-24 tahun, serta 54,12 persen pemuda usia 25-30 tahun.

Di sector pertanian, terlihat pemuda yang paling banyak bekerja pada sektor ini justru terdapat pada kelompok umur 16-18 tahun (usia sekolah). Hal ini mengindikasikan banyaknya pekerja pemuda sebagai pekerja keluarga yang diikutsertakan pada kegiatan pertanian.

Jika dihubungkan antara lapangan usaha dengan tingkat pendidikan pemuda bekerja, terlihat bahwa hanya sekitar 2 persen pemuda berpendidikan perguruan tinggi yang terjun pada sektor pertanian. Sedangkan pemuda berpendidikan SD/sederajat, SMP/sederajat, dan SMA/ sederajat yang bekerja di sektor pertanian persentasenya tidak jauh berbeda (28,80 persen, 30,64 persen, dan 24,95 persen).

Pemuda dengan tingkat pendidikan tinggi lebih tertarik pada pekerjaan di bidang jasa-jasa. Sebagaimana terlihat, di mana persentase pemuda lulusan perguruan tinggi paling banyak berada di sektor jasa-jasa (23,02 persen).

Persentase Pemuda Bekerja menurut Tingkat Pendidikan dan Lapangan Usaha, 2017
Berdasarkan jenis pekerjaan, persentase pemuda bekerja paling banyak sebagai pekerja kasar dan tenaga kebersihan (22,04 persen), diikuti tenaga usaha jasa dan tenaga penjualan (18,27 persen), dan tenaga usaha pertanian dan peternakan (14,75 persen).

Berdasarkan jenis kelamin, terdapat perbedaan antara pemuda perempuan dan laki-laki. Jenis pekerjaan utama pemuda perempuan paling banyak pada kategori usaha jasa dan tenaga penjualan (24,83 persen), sedangkan pemuda laki-laki paling banyak sebagai pekerja kasar dan tenaga kebersihan (26,63 persen).

Adapun jika dilihat menurut tipe daerah, pemuda yang bekerja di perdesaan paling banyak sebagai tenaga usaha pertanian dan peternakan (30,08 persen). Sementara pemuda bekerja di perkotaan, didominasi oleh tenaga usaha jasa dan penjualan (23,43 persen).

Persentase Pemuda Bekerja menurut Jenis Pekerjaan Utama (sepuluh kategori), 2017
Gambar di atas merupakan gambaran struktur pekerja pemuda menurut jenis pekerjaan. Jenis pekerjaan/jabatan adalah macam pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang atau ditugaskan kepada seseorang yang sedang bekerja atau sementara tidak bekerja.

Jenis pekerjaan pemuda tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu (1) tenaga profesional, kepemimpinan, dan tata usaha, (2) tenaga usaha dan jasa, dan (3) tenaga operator dan pekerja kasar.

Secara umum, komposisi jenis pekerjaan pemuda didominasi oleh mereka yang bekerja sebagai tenaga operator dan pekerja kasar (42,32 persen) serta tenaga usaha dan jasa (41,54 persen). Hanya sekitar 16,14 persen pekerja pemuda yang bekerja sebagai profesional, kepemimpinan dan tata usaha.

BACA JUGA: Jumlah Pemuda Pengguna Internet di Indonesia Tahun 2017

Dilihat dari jenis kelamin, separuh pemuda laki-laki bekerja sebagai tenaga operator dan pekerja kasar, sedangkan separuh pemuda perempuan bekerja sebagai tenaga usaha dan jasa (49,27 persen).

Dilihat dari tipe daerah, pemuda yang bekerja di perdesaan didominasi oleh tenaga usaha dan jasa (45,61 persen), sedangkan di perkotaan didominasi oleh tenaga operator dan pekerja kasar (42,68 persen). Berdasarkan kelompok umur, pemuda usia 16-18 tahun didominasi oleh tenaga usaha dan jasa (51,07 persen). Sementara pada kelompok umur lainnya didominasi oleh tenaga operator dan pekerja kasar.

Persentase Pemuda Bekerja menurut Jenis Pekerjaan Utama (tiga kategori), 2017
Hampir seluruh pemuda yang bekerja sebagai profesional, kepemimpinan, dan tata usaha merupakan lulusan perguruan tinggi dan SMA/sederajat, yaitu masing-masing sebesar 47,46 persen  dan  37,98  persen.  Tenaga  profesional  dan kepemimpinan memang membutuhkan kualifikasi pendidikan yang tinggi.

Pada jenis pekerjaan tenaga usaha dan jasa, pemuda  lulusan  SMA/sederajat  lebih  dominan  dengan persentase sebesar 45,52 persen, diikuti oleh lulusan SMP/sederajat (21,17 persen). Adapun pada jenis pekerjaan tenaga operator dan pekerja kasar, didominasi oleh lulusan SMA/sederajat  (41,01  persen)  dan  SMP/sederajat (29,64persen), sedangkan lulusan perguruan tinggi hanya sekitar 2,66 persen.

Persentase Pemuda Bekerja menurut Tingkat Pendidikan dan Jenis Pekerjaan, 2017.
Status Pekerjaan adalah kedudukan seseorang dalam melakukan usaha atau pekerjaan di tempatnya bekerja. Status pekerjaan dapat dikategorikan sebagai berusaha sendiri, berusaha dibantu pekerja yang dibayar maupun tidak dibayar, sebagai buruh/karyawan, pekerja bebas di pertanian maupun non pertanian, serta pekerja tidak dibayar.

Komposisi pemuda bekerja menurut status pekerjaannya dapat memberikan gambaran mengenai tingkat kemandirian pemuda dalam bekerja dan berusaha. Selain itu, status pekerjaan juga dapat digunakan untuk menganalisa struktur ekonomi dan lapangan pekerjaan sektor formal dan informal.

Lebih dari separuh pekerja pemuda (57,54 persen) bekerja sebagai buruh/karyawan, diikuti pekerja keluarga/ tidak dibayar (15,71 persen), dan berusaha sendiri (11,32 persen). Kondisi ini menunjukkan bahwa masih banyak pemuda yang menggantungkan harapan masa depannya sebagai buruh atau bekerja kepada pihak lain, baik di suatu perusahaan maupun industri.

Kecilnya persentase pemuda yang berusaha sendiri memperlihatkan  masih  minimnya  inovasi,  kreasi,  serta keberanian pemuda untuk mengambil risiko. Struktur status pekerjaan tersebut juga tidak berbeda jika dilihat menurut jenis kelamin.

Persentase Pemuda Bekerja menurut Status Pekerjaan Utama (tujuh kelompok), 2017
Berdasarkan  tipe  daerah,  persentase  pemuda  di perkotaan yang bekerja sebagai buruh/karyawan/pegawai lebih tinggi dibandingkan di perdesaan yaitu 72,65 persen berbanding 38,41 persen. Pekerja keluarga/tak dibayar di perdesaan lebih tinggi dibandingkan di perkotaan (25,77 persen berbanding 7,77 persen).

Begitu juga yang berusaha dibantu buruh tidak dibayar di perdesaan lebih tinggi dibandingkan di perkotaan (8,17 persen berbanding 2,50 persen). Hal ini sejalan dengan data yang telah disebutkan sebelumnya bahwa pekerja keluarga dan  kategori pertanian didominasi oleh pemuda pekerja yang berada di perdesaan.

Struktur pekerjaan pemuda pada sektor formal dan informal juga dapat dianalisis melalui komposisi status pekerjaannya. Pemuda yang bekerja sebagai buruh/ karyawan dan berusaha dibantu buruh tetap/dibayar dianggap sebagai pekerja formal.

Sedangkan berusaha sendiri, berusaha dibantu buruh tidak dibayar, pekerja keluarga/tidak dibayar, serta pekerja bebas di pertanian dan non pertanian, dianggap sebagai pekerjaan informal. Struktur pekerjaan formal dan informal dapat memperlihatkan ketersediaan lapangan pekerjaan di suatu wilayah.


Persentase Pemuda Bekerja menurut Status Pekerjaan Utama (dua kategori), 2017.
Secara umum, status pekerjaan pemuda sektor formal lebih tinggi daripada sektor informal. Lebih dari separuh pemuda (58,78 persen) bekerja pada sektor formal, sisanya sebanyak 41,22 persen pada sektor informal. Komposisinya terlihat tidak jauh berbeda menurut jenis kelamin.

Jika dilihat menurut tipe daerah, struktur lapangan pekerjaan terlihat bertolak belakang. Pemuda di perdesaan yang bekerja pada sektor formal jauh lebih rendah daripada sektor informal (39,51 persen berbanding 60,49 persen). Sebaliknya, pemuda di perkotaan yang bekerja pada sektor formal jauh lebih tinggi daripada sektor informal (74,00 persen dibandingkan 26,00 persen).

Berdasarkan kelompok umur, pemuda dengan kelompok 19-24 tahun dan 25-30 tahun mendominasi pekerjaan pada sektor formal (63,55 persen dan 58,15 persen), sementara pada kelompok umur 16-18 tahun pemuda lebih banyak yang bekerja pada sektor informal (58,14 persen).

Salah satu faktor yang memengaruhi peran pemuda dalam kegiatan perekonomian adalah tingkat pendidikan yang dimilikinya. Pemuda dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi cenderung untuk memasuki lapangan pekerjaan pada sector formal, sementara sektor informal lebih didominasi oleh pemuda dengan tingkat pendidikan yang lebih rendah.

Persentase Pemuda Bekerja menurut Tingkat Pendidikan dan Status Pekerjaan, 2017
Pemuda berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pilihan pekerjaan  yang  lebih luas  dibandingkan  mereka yang berpendidikan lebih rendah. Gambar di bawah ini menyajikan komposisi pemuda bekerja menurut status pekerjaan dan tingkat pendidikan.

Pemuda yang bekerja di sektor formal didominasi oleh lulusan SMA/sederajat dan perguruan tinggi (49,34 persen dan 21,23 persen). Sementara itu, sektor informal didominasi oleh lulusan SMA/sederajat (32,50 persen), SMP/sederajat (30,24 persen), dan SD/sederajat (23,91 persen).

Hanya sekitar 2,77 persen pemuda tidak tamat SD yang bekerja di sektor formal dan sekitar 4,41 persen pemuda yang tamat perguruan tinggi yang bekerja di sektor informal.(*)

Sumber: BPS Indonesia

Posting Komentar untuk "Lapangan Usaha dan Jenis Pekerjaan Pemuda Indonesia"